Minggu, 01 Januari 2012

Hancur Hatiku, Tapi Aku Masih Mencintaimu

Kalau kemaren kamu hancurkan hatiku, sekarang ini aku hanya bisa mencintaimu dengan kepingannya yang tersisa.

Hari ini..aku merasa kesepian…..kepalaku terasa amat penat dan langkah ini kembali gontai tak tahu akan kemana arahnya. Hidup ini makin terlihat kabur dan samar-samar. Mulai detik yang berjalan ini, aku kembali bertanya,”mungkinkah senyumku akan bersembunyi seperti dulu?”sepertinya aku sudah cukup lelah untuk berpura-pura tertawa ,meskipun hatiku teramat sakit dan letih.Hari ini kumerasa bodoh dengan perasaan hatiku. Tetapi dalam hati ini sebenarnya menangis. Menangis penuh penyesalan dan kecemburuan. Meski kata-kata pepatah bijak terus keluar dari mulutku yang tuhan ajarkan, tapi hati ini berkata lain. Hatiku terbelenggu, terbebani dan entah kenapa tak pernah bisa kubebaskan.

dan pernahkah kamu mengerti arti dari cinta sejati?

Cinta sejati itu adalah ketika kamu kehilangan dia, kamu tetap tegar berdiri. Adalah ketika dia mencintai orang lain, kamu tetap bisa tersenyum. Adalah ketika dia jadi milik orang lain, kamu masih mampu berkata “aku turut berbahagia untukmu”, meski rasanya sakit sekali.
Mungkinkah ada cinta sejati didunia ini? Dunia ini hanyalah goresan fiktif yang penuh dengan kepalsuan. Semua yang kamu dengar, semua yang kamu lihat belum tentu itu suatu kebenaran. Hanya satu yang harus kamu pegang sepanjang hidup kamu “suatu saat, hati kita akan menjadi kosong dan mati,itulah aku saat ini”sekering pohon jati yg tumbang kala kemarau menyapa.

Hari ini cerah tapi kenapa kumerindukan hari yang mendung. Mendung dan gelap. Sehingga aku bisa duduk termenung dipojok kamar yang juga gelap. Merenungkan semua yang telah terjadi menimpaku. Ketakutan ini terus menyelimuti hatiku. Perasaan tak menentu yang membuat aku serasa ingin pergi ke suatu tempat yang jauh, yang hanya ada aku dikelilingi alam dan burung-burung. Keseberang lautan dan singgah disuatu pulau tak berpenghuni yang hanya ada aku sendiri. Mungkin aku bisa melupakan segalanya dan membebaskan hati ini dari beban yang semakin hari terasa semakin berat. ”Tuhan…, Kenapa Engkau memberikan cobaan yang begitu berat menindih tubuhku?” tak sanggup rasanya aku menjalaninya.

Saat seperti ini otakpun rasanya tak bisa lagi berfikir. Pikiranku sepertinya telah mencapai ambang batas. “Andai saja saat seperti ini Engkau mengirimkan malaikat yang bisa menolongku Tuhan…..” Mungkin aku akan bisa memiliki kesempatan kedua untuk hidup di alam yang sama seperti keabadian,dimana air mataku tak lagi kering dan aku tak mampu lagi melihat wajah yang begitu menyiksaku karena mulai mencintainya.
Aku merasa betul-betul memerlukan seseorang yang mampu menjadi tongkat saat ku tak bisa berjalan. Mampu menjadi mata saat ku bisa melihat. Dan mampu menjadi tiang untuk bersandar saat ku kelelahan.

Akankah kau kirim malaikatMu itu untukku Tuhan…
Jikapun aku harus meneteskan air mataku di tengah ombak air laut, Suatu saat nanti aku yakin bisa menemukannya lagi, Itulah waktunya aku berhenti mencintaimu.

Sabtu, 31 Desember 2011

Dessy Eka Romadhani: Bangun Pemuda Indonesia yang Berjiwa Wirausaha, Be...

Dessy Eka Romadhani: Bangun Pemuda Indonesia yang Berjiwa Wirausaha, Be...: Mengapa saya membahas masalah yang bertema ini ?? karena saya ingin mengulas kembali perjalanan bangsa Indonesia. Kita harus melakukan refl...

Bangun Pemuda Indonesia yang Berjiwa Wirausaha, Berdaya Saing, dan Peduli Sesama

Mengapa saya membahas masalah yang bertema ini ?? karena saya ingin mengulas kembali perjalanan bangsa Indonesia.
Kita harus melakukan refleksi ke belakang, sekaligus kita harus mengantisipasi ke depan sejarah perjalanan bangsa dalam menghadapi tantangan baru dengan semangat nilai-nilai Sumpah Pemuda, Proklamasi Kemerdekaan, Pancasila, UUD 1945 dan Bhineka Tunggal Ika. Dengan mengangkat tema " BANGUN PEMUDA INDONESIA YANG BERJIWA WIRAUSAHA, BERDAYA SAING, DAN PEDULI SESAMA", mengandung pesan bahwa langkah menuju Indonesia yang berdaya saing dan bermatabat sangat bergantung pada karakter pemuda yang kokoh serta mengedepankan akhlak mulia di atas semangat persatuan dan kesatuan Indonesia. Karakter yang kokoh bercirikan patriotik, jiwa nasionalis, jati diri yang mengakar, berwawasan luas, kecerdasan yang mencerahkan, kepedulian yang merekatkan, serta keteguhan untuk bersatu yang semuanya dinaungi oleh nilai-nilai Pancasila dalam bingkai NKRI.

Pada tahun 2015 kedepan, kita akan memasuki era baru Komunitas ASEAN yang meliputi komunitas keamanan, ekonomi, dan sosial budaya. Dalam bentuk ASEAN semacam ini, arus barang, jasa, dan orang akan semakin leluasa sehingga hal itu adalah bagian dari tantangan sekaligus kesempatan ke depan bagi bangsa dan pemuda Indonesia. Dengan demikian, persaingan tidak lagi meliputi 240 juta masyarakat Indonesia, tetapi dengan 500 juta masyarakat ASEAN. Kita harus bisa berjaya dalam era baru tersebut, dan sekaligus tidak boleh kehilangan identitas diri ke-Indonesiaan.

Oleh karena itu, kita sebagai pemuda dan penerus bangsa harus mempersiapkan segala bidang, di setiap pelosok Indonesia untuk bisa bersaing dan memenangkan persaingan tanpa kehilangan akar budayanya. Dan pemerintah juga ikut serta dalam menyiapkan ruang luas bagi pemuda Indonesia untuk berkreasi, berkretivitas, bersosial wirausaha, berekonomi kreatif agar digeluti oleh pemuda untuk ikut serta berpartisipasi.

Semoga dengan begitu, kita bansa Indonesia bisa menciptakan bangsa yang utuh, yang kokoh dengan tidak melupakan budayanya.

Kamis, 29 Desember 2011

Sentralisasi VS Desentralisasi menuju Indonesia yang Good Goverment

Sentralisasi itu sendiri memusatkan seluruh wewenang atas segala urusan yang menyangkut pemerintahan kepada tingkat pusat. Sentralisasi banyak digunakan pada pemerintahan lama di Indonesia sebelum adanya otonomi daerah. Bahkan istilah sentralisasi sendiri sering digunakan dalam kaitannya dengan kontrol terhadap kekuasaan dan lokasi yang berpusat pada satu titik.

Sedangkan untuk desentralisasi itu sendiri penyerahan kewenangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengurusi urusan rumah tangganya sendiri berdasarkan prakarsa dan aspirasi dari rakyatnya dalam kerangka NKRI, dengan adanya desentralisasi maka muncullah otonomi bagi suatu pemerintahan daerah (otoda). Desentralisasi juga dapat diartikan sebagai pengalihan tanggung jawab, kewenangan, dan sumber-sumber daya (dana, manusia dll) dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah.

Menurut UU Nomor 5 Tahun 1974, desentralisasi adalah penyerahan urusan pemerintah dari pusat kepada daerah. Pelimpahan wewenang kepada Pemerintahan Daerah, semata- mata untuk mencapai suatu pemerintahan yang efisien. Tujuan dari desentralisasi itu sendiri adalah mencegah pemusatan keuangan, sebagai usaha pendemokrasian Pemerintah Daerah untuk mengikutsertakan rakyat bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pemerintahan, penyusunan program-program untuk perbaikan sosial ekonomi pada tingkat lokal sehingga dapat lebih realistis. Hakekat dari sentralisasi dan desentralisasi adalah dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2005 tentang Perubahan atas PP No 6/2005 tentang pemilihan dan pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah membawa Indonesia pada titik dimana masalah peran pusat dan daerah masuk kembali pada wacana publik.


Sentralisasi dan desentralisasi sebagai bentuk penyelenggaraan negara adalah persoalan pembagian sumber daya dan wewenang. Pembahasan masalah ini sebelum tahun 1980-an terbatas pada titik perimbangan sumber daya dan wewenang yang ada pada pemerintah pusat dan pemerintahan di bawahnya. Dan tujuan "baik" dari perimbangan ini adalah pelayanan negara terhadap masyarakat. Seperti telah diketahui, pemahaman dan tujuan "baik" semacam itu sudah dipandang ketinggalan zaman. Saat ini desentralisasi dikaitkan pertanyaan apakah prosesnya cukup akun tabel untuk menjamin kesejahteraan masyarakat lokal. Semata birokrasi untuk pelayanan tidak cukup untuk menjamin kesejahteraan masyarakat, bahkan sering merupakan medium untuk melencengkan sumber daya publik. Kontrol internal lembaga negara sering tak mampu mencegah berbagai macam pelanggaran yang dilakukan pejabat negara.

Di Indonesia sejak tahun 1998 hingga baru-baru ini, pandangan politik yang dianggap tepat dalam wacana publik adalah bahwa desentralisasi merupakan jalan yang meyakinkan, yang akan menguntungkan daerah. Pandangan ini diciptakan oleh pengalaman sejarah selama masa Orde Baru di mana sentralisme membawa banyak akibat merugikan bagi daerah. Sayang, situasi ini mengecilkan kesempatan dikembangkannya suatu diskusi yang sehat bagaimana sebaiknya desentralisasi dikembangkan di Indonesia. Jiwa desentralisasi di Indonesia adalah "melepaskan diri sebesarnya dari pusat" bukan "membagi tanggung jawab kesejahteraan daerah". Karena takut dianggap tidak politically correct, banyak orang enggan membahas peran pusat dan daerah secara kritis. Kini sudah saatnya proses pembahasan dibuka kembali dengan mempertimbangkan fakta-fakta secara lebih jujur.

Sentralisasi dan desentralisasi tidak boleh ditetapkan sebagai suatu proses satu arah dengan tujuan pasti. Pertama- tama, kedua "sasi" itu adalah masalah perimbangan. Artinya, peran pemerintah pusat dan pemerintah daerah akan selalu merupakan dua hal yang dibutuhkan. Tak ada rumusan ideal perimbangan. Selain proses politik yang sukar ditentukan, seharusnya ukuran yang paling sah adalah argumen mana yang terbaik bagi masyarakat. Kedua, batas antara pusat dan daerah tidak selalu jelas. Kepentingan di daerah bisa terbelah antara para elite penyelenggara negara dan masyarakat lokal. Mungkin pemerintah pusat memainkan peran menguatkan masyarakat lokal dalam menghadapi kesewenangan kekuasaan. Ketiga, dalam suatu masyarakat yang berubah, tanggung jawab pusat maupun daerah akan terus berubah pula. Dalam penyelenggaraan negara selalu ada aspek dan definisi baru tentang peran pusat dan daerah. Misalnya, globalisasi akan meningkatkan kembali campur tangan pusat di daerah di sisi-sisi tertentu. Karena itu, desentralisasi dan sentralisasi dapat terjadi bersamaan pada aspek-aspek berbeda.

Pusat mempunyai kecenderungan untuk mendorong sentralisasi karena berbagai alasan. Untuk alasan "negatif" dapat disebut alasan seperti kontrol sumber daya dan menjadikan daerah sebagai sapi perah. Namun, ada alasan-alasan yang dapat bersifat "positif", seperti kestabilan politik dan ekonomi, menjaga batas kesenjangan agar tidak terlalu buruk, dan mendorong program secara cepat. Harus diingat, dalam banyak negara termasuk Indonesia, pusat mempunyai sumber daya manajerial, kecakapan lebih banyak dalam berinteraksi secara global, dan ada pada domain di mana pengaruh etik pembangunan yang diterima secara internasional. Pemerintah pusat juga berada pada hot spot proses politik. Jadi lebih mungkin terjadi situasi di mana pemerintah di bawah tekanan jika kekuatan masyarakat sipil bersatu. Bagaimana hal-hal itu dapat menghasilkan sesuatu yang positif atau negatif tergantung pada situasinya. Pertama yang penting adalah legitimasi politik pemerintah pusat. Secara sederhana, harus dibedakan antara legitimasi terhadap para pemimpin di tingkat nasional dan legitimasi terhadap birokrasi. Pemerintah pusat sering harus mengandalkan birokrasi untuk programnya terhadap daerah. Kepopuleran individu selalu tidak bertahan lama dan dapat segera dirusak oleh ketidakmampuan memperbaiki mutu birokrasi.

Di Indonesia, birokrasi yang sebenarnya memiliki kompetensi dan orientasi lumayan pada awal reformasi kini mulai dibelokkan kekuatan politik partai dan kelompok. Penyelenggara negara di tingkat pusat terdiri dari beberapa partai politik. Kombinasi antara partai politik yang hampir seluruhnya punya masalah akuntabilitas dan sistem politik representasi (oleh partai politik yang dapat dikatakan sama di DPRD) yang tidak akun tabel di tingkat lokal membuat masyarakat lokal tidak mudah memercayai "pusat". Jika ingin memperbaikinya,
pemerintah pusat harus mampu membuat standar akuntabilitas sendiri agar mendapat dukungan masyarakat lokal. Indonesia kini mulai mengalami apatisme terhadap desentralisasi. Situasi ini bisa dimanfaatkan pemerintah pusat untuk melakukan perubahan di tingkat daerah. Kasus Argentina dan Brasil yang bersifat federalis menunjukkan jatuhnya legitimasi para elite politik lokal memberikan kesempatan kepada elite nasional untuk melakukan resentralisasi di bidang ekonomi untuk bidang-bidang tertentu. Kedua pemerintahan banyak menggunakan struktur internal (birokrasi) untuk mengubah arah, tanpa terlalu banyak berurusan dengan struktur politik yang ada.


Kembali kepada persoalan awal, masalah sentralisasi dan desentralisasi bukan lagi dipandang sebagai persoalan penyelenggara negara saja. Pada akhirnya kekuatan suatu bangsa harus diletakkan pada masyarakatnya. Saat ini di banyak wilayah, politik lokal dikuasai selain oleh orang-orang partai politik juga kelompok-kelompok yang menjalankan prinsip bertentangan dengan pencapaian tujuan kesejahteraan umum. Kekuatan kelompok pro pembaruan lemah di banyak daerah dan langsung harus berhadapan dengan kekuatan-kekuatan politik lokal dengan kepentingan sempit. Pemerintah pusat seharusnya memperkuat elemen masyarakat untuk berhadapan dengan kekuatan tadi. Sebagai contoh, KPU daerah diberi wewenang untuk merekomendasikan penghentian pilkada, bukan melalui gubernur dan DPRD. Namun, sebagai institusi KPU daerah harus diperkuat secara institusional dan organisatoris. Meskipun pemerintah pusat mungkin tidak diharapkan untuk ikut mendorong perubahan sistem politik yang ada sekarang, perbaikan penegakan hukum di daerah-daerah sangat membantu kekuatan masyarakat pro perubahan.


Birokrasi sekali lagi adalah alat pemerintah pusat untuk melakukan perbaikan daerah. Birokrasi, jika dirancang secara sungguh-sungguh, bisa berperan sebagai alat merasionalisasikan masyarakat. Pemerintah pusat, misalnya, membantu pemerintah daerah dalam mendesain pelayanan publik yang akun tabel. Pemerintah daerah sering pada situasi terlalu terpengaruh dengan kepentingan perpolitikan lokal.


Terakhir yang tidak kalah pentingnya adalah representasi persoalan daerah di tingkat pusat. Sekarang ini sistem perwakilan daerah yang ada baik di DPR maupun asosiasi bersifat elitis. Tetap yang berlaku antara hubungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Persoalan daerah harus ditangani oleh sesuatu badan yang lebih independen dari kepentingan yang ada di pusat dan daerah. Badan ini seharusnya mampu membahas apa peran pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang paling diperlukan untuk kesejahteraan daerah. Perlu dipikirkan suatu badan yang otoritatif untuk membuat advokasi, rekomendasi kebijakan, dan pemonitoran yang mewakili orang-orang kompeten baik unsur pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun masyarakat.

Terima Kasih Untukmu Ibu

Ibu, sosokmu mampu tenangkan aku saat gelisah menderaku, saat peluh menutupi semua ragaku. Aku ingin tetap disampingmu selalu dan selamanya, meski itu takkan mungkin terjadi karena suatu saat waktu jualah yang memisahkan kita.

Kasih sayang yang kau berikan tanpa batas telah jadikan aku sosok yang mengerti akan keindahan cinta dalam hidup. Tiap nasihatmu untukku, selalu bermain indah dalam telingaku bagai symphoni harmoni yang dimainkan composer ternama. Ibu, saat ini aku sangat merindukanmu, rindu akan belaimu, rindu akan lembut senyuman yang kau lemparkan setiap pagi untukku saat mentari pagi mulai meyilaukan mataku.

Kadang kala anakmu ini bertingkah yang menyesakkan hatimu, bahkan mungkin melukai hatimu, maafkan aku ibu , aku hanya anak kecil yang selau ingin mendapat perhatian darimu, tapi caraku yang salah telah hadirkan amarah dalam dirimu.

Tapi aku tahu, kemarahanmu itu hanyalah salah satu caramu dalam mendidiku agar aku menjadi individu yang baik, yang berjalan sesuai norma yang telah kau ajarkan. Dan maafkan aku juga ibu, karena mungkin sampai saat ini aku belum menjadi sosok yang kau inginkan, yang membanggakanmu, dan masih saja tetap menyusahkanmu.

Tapi percayalah bu, setiap langkah yang kujalani tak lepas dari niatku untuk bahagiakanmu kelak, membuatmu tersenyum banggga padaku dan menangis bahagia atas pencapaianku. Takkan ku sia-siakan perjuanganmu untukku, jerih payahmu sampai saat aku berdiri sekarang ini.

Aku berjanji padamu untuk selalu berusaha menjadi bintang kecil yang terang, yang sinarnya selalu tenangkan jiwamu. Terima kasih ibu, kasihmu memang tak lekang oleh waktu, takkan hilang tersapu ombak dan selalu bersemayam dan terasa indah dalam benakku.

Dan kata-kata ini takkan cukup mewakilkan betapa sayang dan bangganya aku padamu ibu .. Kaulah pelita dalam hidupku yang sebenarnya ..

Terima kasih ibu ..

Apa Yang Salah Dengan Pendidikan Anak di Indonesia

Pendidikan yang berorientasi pada siswa seyogyanya mengutamakan cara-cara belajar, dan bukan sekedar memepelajari materi ajar. Dalam dunia yang serba tidak menentu, sulit untuk meramalkan keterampilan yang diperlukan, dan bahkan yang sudah kita pelajari pun akan segera menjadi usang.

Sekiranya dunia begitu cepat berubah, maka mutlak diperlukan kesiagapan untuk mengatur langkah dalam memberikan pendidikan yang tepat bagi pengembangan siswa. Selain, dibutuhkan penanaman nilai yang seharusnya dimiliki oleh siswa, di luar sekedar memenuhi tuntunan masyarakat.

Melihat fenomena yang terjadi sekarang ini, sekolah seharusnya menjadi dunia yang khusus dan lain dari dunia masyarakat siswa, di mana, anak-anak dapat merasa aman, bahagia, dan bebas menikmati masa kanak-kanaknya tanpa perduli sedikitpun atas tuntutan dari masyarakatnya.

Namun, kondisi yang terjadi adalah anak-anak hanya merasakan bahwa bersekolah menjadi keharusan yang mau tidak mau harus mereka tunaikan, tanpa motivasi yang besar dalam menjalaninya untuk menggapai apa yang mereka cita-citakan di masa depan.

Apa sebenarnya yang salah dengan hal ini ? Sistem pendidikannya kah ? Itu bisa menjadi faktor utama. Kurikulum kita menuntut terlalu banyak dari para siswa, bahkan menuntutkan hal-hal yang tidak perlu bagi mereka, sehingga memberatkan mereka, menjadikan mereka jenuh dan loyo. Akibatnya, mereka tidak menyukai pelajaran itu, lalu menjadi muak dan tidak bersemangat lagi.

Selain itu orang-orang tua modern, lebih-lebih yang berada, menginginkan anak-anaknya terampil dalam banyak hal, tanpa memperdulikan tahap perkembangan mereka. Maka mereka mengirim anak-anaknya ke pelbagai kursus, seperti bahasa Inggris, musik, berenang, bela diri, dan sebagainya. Karena tuntutan yang melampaui batas kemampuan ini, anak-anak menjadi stres.

Kita sadar, tak cukup bila pendidikan hanya membekali anak-anak dengan pengetahuan. Saatnya untuk memikirkan agar sedini mungkin anak-anak diajak masuk ke dalam pemahaman dan pengalaman nilai-nilai, rasa dan keadilan. Semuanya ini tentu ditujukan agar anak-anak dapat memahami diri, sesama, dan dunianya, sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya.

Namun, yang harus kita hasilkan bukanlah pebelajar penurut, melainkan pebelajar yang kritis, pengamat yang berani memiliki pendapat yang benar namun mungkin berbeda yang sifatnya kontradiktif dan original, serta yang minat dan memotivasi belajarnya tinggi. Kak Seto mengatakan bahwa pada dasarnya anak-anak itu senang meniru dan kreatif.

Anak-anak pada dasarnya senang meniru karena salah satu proses pembentukan tingkah laku mereka adalah dengan cara meniru. Anak-anak yang gemar membaca pada umumnya adalah anak-anak yang mempunyai lingkungan di mana orang-orang di sekelilingnya juga gemar membaca.

Dengan demikian, orangtua dan guru dituntut untuk bisa memberikan contoh-contoh keteladanan yang nyata akan hal-hal yang baik, termasuk perilaku kreatif dan bersemangat dalam mempelajari hal-hal baru. Selain itu, anak-anak pada dasarnya sangat kreatif. Mereka memiliki ciri-ciri yang oleh para ahli sering digolongkan sebagai ciri-ciri individu yang kreatif, misalnya rasa ingin tahu yang besar, senang bertanya, imajinasi yang tinggi, minat yang luas, tidak takut salah, berani menghadapi risiko, bebas dalam berpikir, senang akan hal-hal yang baru, dan sebagainya.

Pendidikan bukan berarti memberikan dan memaksakan dunia dan pengetahuan kita kepada anak-anak kita. Pendidikan yang demokratis harus memberlakukan beragam metode yang menggali kemampuan siswa untuk berperan secara aktif, dengan mengakui perbedaan kemampuan intelektual, kecepatan belajar, sifat, sikap, dan minatnya.

Dengan begitu bukan tidak mungkin Indonesia mampu menelurkan penerus-penerus bangsa selanjutnya, yang tidak kalah gemilang dibandingkan dengan B.J. Habibie, March Boedihardjo, dan Muhammad Arief Budiman. B.J. Habibie, yang dikenal sebagai presiden RI yang sangat jenius.

Bahkan mungkin ketika seorang anak ditanya ingin menjadi apa ia ketika besar nanti, mungkin ia akan menjawab ingin menjadi B.J. Habibie. Presiden RI yang ketiga ini dinobatkan sebagai pemilik paten terbanyak dalam bidang kedirgantaraan di dunia (dan belum tekalahkan), NASA pernah membeli kerangka pesawat yang dirancang olehnya dan masih banyak lagi prestasi yang dicapainya.

Selain B.J. Habibie, Indonesia juga memiliki March Boedihardjo, bocah Indonesia, yang mencatatkan diri sebagai mahasiswa termuda di Universitas Baptist Hong Kong (HKBU) yang akan memiliki gelar sarjana sains ilmu matematika sekaligus master filosofi matematika. Karena keistimewaannya itu, perguruan tinggi tersebut menyusun kurikulum khusus untuknya dengan jangka waktu penyelesaian lima tahun (dari 2007).

Ada juga, Muhammad Arief Budiman yang merupakan anak pekerja pabrik tekstil GKBI itu sekarang menjadi motor riset utama di Orion, salah satu perusahaan riset bioteknologi terkemuka di Saint Louis, Missouri, Amerika Serikat. Jabatannya: Kepala Library Technologies Group. Menurut BusinessWeek, ia merupakan satu dari enam eksekutif kunci perusahaan genetika itu.

Minggu, 18 Desember 2011

#` ARTI KEBERSAMAAN `#

Arti Kebersamaan !!
kenapa kebersamaan yang saya bahas ? sebab kata ini selalu lekat pada sisi kehidupan manusia. 
Sejauh mana kebersamaan itu ?


Kebersamaan .... yahh itu lah hal yang paling terpenting dalam kehidupan kita semua. bila kita tidak pernah menyadari akan pentingnya arti kebersamaan, maka kita tidak akan pernah bisa untuk memulai apapun itu. mengapa demikian ? karena Allah juga bersama dengan abdi-abdiNya. 
Arti kebersamaan tidak identik dengan sama/ serupa/ menyerupai. Jadi bila Allah saja bersama apalagi kita sebagai makhluk.Karena bagi manusia tidaklah hidup bila sendiri, sebab sendiri bukan arti hidup ini. Lantas mengapa masih berfikir sendiri ? merasa sendiri ? dan tidak mau peduli dengan sesama yang lain.

Kebersamaan, sebuah kata yang udah sangat sering sekali kita dengar dan ucapkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Bahkan kata dasar kebersamaan yaitu bersama. Pernah dijadikan tag line salah satu calon presiden di negeri ini saat berkampanye. Gak tahu juga sekarang apa masih ada kebersamaan yang ia jadikan tag line itu dalam kegiatan pemerintahannya saat ini. Maksudnya kebersamaannya dengan rakyat untuk mengayomi ?? momong ? orang-orang kecil yang tertindas ?
sebagai contoh : di dalam jalannya roda pemerintahan, juga tidak bisa antara yang dipimpin dengan yang memimpin saling berfikir sendiri dan merasa sendiri.
Mengeja arti sebuah kebersamaan dalam menjalin sebuah hubungan. Entah dengan keluarga, persaudaraan, persahabatan atau pun dengan pasangan. Kebersamaan menjadi suatu hal penting dalam membina sebuah hubungan. Jelas kita tak pernah bisa benar-benar hidup sendiri dalam kehidupan ini. Kita tidak bisa menjadi manusia yang egois, yang merasa bisa melakukan segalanya sendirian, yang merasa tak membutuhkan orang lain.

Remember, we are a social person. So, togetherness is sharing what you have with people who doesn’t have. In a positive way, I suppose…

Seperti yang sering saya katakan bahwa kehidupan adalah sebuah siklus sebab akibat. Berbuat baik, saling berbagi dalam kebersamaan, menjalin sebuah hubungan yang positif itu pilihannya. Siapa yang menanam padi pasti akan tumbuh padi bukan?

Sebuah kebersamaan juga tidak bisa dipaksakan. Meskipun ada hubungan timbal balik, seperti sebuah simbiosis tapi atas dasar kerelaan. Karena dalam menjalin sebuah hubungan sosial kita harus belajar bagaimana pentingnya saling memahami, mau mendengar, mau berbagi dan mau untuk peduli. Karena dengan begitu kita akan bisa memaknai sebuah kebersamaan. Kebahagiaan dalam sebuah kebersamaan adalah ketika bahagia dengan kebersamaan itu sendiri. Artinya hubungan yang terjalin adalah sebuah kebaikan.

Namun terkadang dalam menjalin sebuah hubungan kita harus bisa menciptakan ruang dan jarak. Mengambil jarak yang kita butuhkan. Membiarkan ruangan dalam sebuah hubungan. Menciptakan suatu ruang untuk berekspresi. Sebuah ruangan yang kita butuhkan untuk bergerak bebas. Sebuah jarak yang kita butuhkan untuk introspeksi. Melihat apa yang sudah kita berikan, dari sudut pandang yang lebih luas. Ketika kita terlalu dekat, sudut pandang kita terlalu sempit. Akibatnya penilaian kita menjadi lebih subjektif. Saat kita menjauh, kita bisa melihat lebih menyeluruh. Hal ini dibutuhkan untuk lebih objektif.

Karena kebersamaan itu sendiri bukan berarti kita selalu bersama-sama secara fisik, tapi lebih pada hubungan psikologis. Tidak selamanya kita akan selalu bertemu dan bersama, mungkin suatu saat kita akan berpisah. Memang sesuatu diciptakan mempunyai pasangan sendiri-sendiri, sepertinya halnya Pertemuan dan Perpisahan.

Kita tetap harus siap dengan segala kemungkinan dan apapun yang terjadi. Ketika niat kita adalah sesuatu baik maka hasil akhirnya pun akan baik. Semoga apapun hubungan yang sedang kita jalani saat ini, selalu bisa membawa kebahagiaan dalam kebersamaan yang sebenarnya.

Sekali lagi " Tak ada yang benar-benar bisa hidup sendiri, karena alam terlampau luas. kebahagiaan hanya untuk mereka yang mengerti arti kebersamaan ".

Keep smiling, keep shining
Knowing you can always count on me, for sure
That’s what friends are for
In good times, in bad times
I’ll be on your side forever more
That’s what friends are for <3 <3