Kamis, 29 Desember 2011

Apa Yang Salah Dengan Pendidikan Anak di Indonesia

Pendidikan yang berorientasi pada siswa seyogyanya mengutamakan cara-cara belajar, dan bukan sekedar memepelajari materi ajar. Dalam dunia yang serba tidak menentu, sulit untuk meramalkan keterampilan yang diperlukan, dan bahkan yang sudah kita pelajari pun akan segera menjadi usang.

Sekiranya dunia begitu cepat berubah, maka mutlak diperlukan kesiagapan untuk mengatur langkah dalam memberikan pendidikan yang tepat bagi pengembangan siswa. Selain, dibutuhkan penanaman nilai yang seharusnya dimiliki oleh siswa, di luar sekedar memenuhi tuntunan masyarakat.

Melihat fenomena yang terjadi sekarang ini, sekolah seharusnya menjadi dunia yang khusus dan lain dari dunia masyarakat siswa, di mana, anak-anak dapat merasa aman, bahagia, dan bebas menikmati masa kanak-kanaknya tanpa perduli sedikitpun atas tuntutan dari masyarakatnya.

Namun, kondisi yang terjadi adalah anak-anak hanya merasakan bahwa bersekolah menjadi keharusan yang mau tidak mau harus mereka tunaikan, tanpa motivasi yang besar dalam menjalaninya untuk menggapai apa yang mereka cita-citakan di masa depan.

Apa sebenarnya yang salah dengan hal ini ? Sistem pendidikannya kah ? Itu bisa menjadi faktor utama. Kurikulum kita menuntut terlalu banyak dari para siswa, bahkan menuntutkan hal-hal yang tidak perlu bagi mereka, sehingga memberatkan mereka, menjadikan mereka jenuh dan loyo. Akibatnya, mereka tidak menyukai pelajaran itu, lalu menjadi muak dan tidak bersemangat lagi.

Selain itu orang-orang tua modern, lebih-lebih yang berada, menginginkan anak-anaknya terampil dalam banyak hal, tanpa memperdulikan tahap perkembangan mereka. Maka mereka mengirim anak-anaknya ke pelbagai kursus, seperti bahasa Inggris, musik, berenang, bela diri, dan sebagainya. Karena tuntutan yang melampaui batas kemampuan ini, anak-anak menjadi stres.

Kita sadar, tak cukup bila pendidikan hanya membekali anak-anak dengan pengetahuan. Saatnya untuk memikirkan agar sedini mungkin anak-anak diajak masuk ke dalam pemahaman dan pengalaman nilai-nilai, rasa dan keadilan. Semuanya ini tentu ditujukan agar anak-anak dapat memahami diri, sesama, dan dunianya, sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya.

Namun, yang harus kita hasilkan bukanlah pebelajar penurut, melainkan pebelajar yang kritis, pengamat yang berani memiliki pendapat yang benar namun mungkin berbeda yang sifatnya kontradiktif dan original, serta yang minat dan memotivasi belajarnya tinggi. Kak Seto mengatakan bahwa pada dasarnya anak-anak itu senang meniru dan kreatif.

Anak-anak pada dasarnya senang meniru karena salah satu proses pembentukan tingkah laku mereka adalah dengan cara meniru. Anak-anak yang gemar membaca pada umumnya adalah anak-anak yang mempunyai lingkungan di mana orang-orang di sekelilingnya juga gemar membaca.

Dengan demikian, orangtua dan guru dituntut untuk bisa memberikan contoh-contoh keteladanan yang nyata akan hal-hal yang baik, termasuk perilaku kreatif dan bersemangat dalam mempelajari hal-hal baru. Selain itu, anak-anak pada dasarnya sangat kreatif. Mereka memiliki ciri-ciri yang oleh para ahli sering digolongkan sebagai ciri-ciri individu yang kreatif, misalnya rasa ingin tahu yang besar, senang bertanya, imajinasi yang tinggi, minat yang luas, tidak takut salah, berani menghadapi risiko, bebas dalam berpikir, senang akan hal-hal yang baru, dan sebagainya.

Pendidikan bukan berarti memberikan dan memaksakan dunia dan pengetahuan kita kepada anak-anak kita. Pendidikan yang demokratis harus memberlakukan beragam metode yang menggali kemampuan siswa untuk berperan secara aktif, dengan mengakui perbedaan kemampuan intelektual, kecepatan belajar, sifat, sikap, dan minatnya.

Dengan begitu bukan tidak mungkin Indonesia mampu menelurkan penerus-penerus bangsa selanjutnya, yang tidak kalah gemilang dibandingkan dengan B.J. Habibie, March Boedihardjo, dan Muhammad Arief Budiman. B.J. Habibie, yang dikenal sebagai presiden RI yang sangat jenius.

Bahkan mungkin ketika seorang anak ditanya ingin menjadi apa ia ketika besar nanti, mungkin ia akan menjawab ingin menjadi B.J. Habibie. Presiden RI yang ketiga ini dinobatkan sebagai pemilik paten terbanyak dalam bidang kedirgantaraan di dunia (dan belum tekalahkan), NASA pernah membeli kerangka pesawat yang dirancang olehnya dan masih banyak lagi prestasi yang dicapainya.

Selain B.J. Habibie, Indonesia juga memiliki March Boedihardjo, bocah Indonesia, yang mencatatkan diri sebagai mahasiswa termuda di Universitas Baptist Hong Kong (HKBU) yang akan memiliki gelar sarjana sains ilmu matematika sekaligus master filosofi matematika. Karena keistimewaannya itu, perguruan tinggi tersebut menyusun kurikulum khusus untuknya dengan jangka waktu penyelesaian lima tahun (dari 2007).

Ada juga, Muhammad Arief Budiman yang merupakan anak pekerja pabrik tekstil GKBI itu sekarang menjadi motor riset utama di Orion, salah satu perusahaan riset bioteknologi terkemuka di Saint Louis, Missouri, Amerika Serikat. Jabatannya: Kepala Library Technologies Group. Menurut BusinessWeek, ia merupakan satu dari enam eksekutif kunci perusahaan genetika itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar